![]() |
![]() |
Sewaktu Kak Idik Sulaeman belum menerjunkan diri untuk membina Gugus Depan Pramuka di Trisakti, pandangan Kak Idik terhadap Gugus Depan Pramuka kampus agak negatif, karena sudah lama dicap : elit, eksklusif, mau jalan sendiri, dsb. Tetapi setelah mengalami masa persiapan pendirian Gugus Depan selama 2 tahun dan masa pengembangan selama 4 tahun, dengan pergaulan dengan para mahasiswa, mengetahui kebutuhan dan mendalami aspirasi mereka, malahan juga dari percobaan-percobaannya sewaktu menerapkan sistem kePramukaan terhadap mahasiswa, pandangannya berubah dan mulai mengerti mengapa tuntutan mereka demikian “inggi”. Konsep usaha Pembinaan dan Pengembangan generasi muda melalui Gugus Depan Gerakan Pramuka yang berpangkalan di kampus Perguruan Tingi, yang menyimpang dari aturan permainan yang berlaku adalah : 1. sebagian dari golongan Pramuka Penegak disatukan dengan sebagian dari golongan Pramuka Pandega (karena berstatus mahasiswa). 2. usia peserta didik golongan Pramuka Pandega (model percobaan) berlangsung 4 tahun (usia 19 hinga 23 tahun). 3. pentahan jenjang TKU Kepandegaan (model percobaan) berlangsung 3 jenjang dengan masa tahap kedewasaan :
4. masa pentahapan dihitung dengan sistem semester (waktu di perguruan tinggi). 5. penyesuaian dengan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi diwujudkan dengan program kegiatan yang sesuai untuk masa itu, misalnya
Sikap dan penilaian para mahasiswa terhadap Gerakan Pramuka kurang menggembirakan. Alasannya adalah kesan tidak enaknya saat mereka berPramuka disekolah menengah tingkat atas, yaitu diharuskan berseragam Pramuka ke sekolah, tetapi kurang menerima pembinaan dan melakukan kegiatan yang menarik hati dari/ dengan bimbingan guru-guru/ pembinanya. Dan juga kadar materi yang didapat sangat tergantung dari kemampuan kepemimpinan dan jumlah pengetahuan pembinanya, belum cara pencapaian tingkat kecakapan yang berbeda-beda dan tidak sedikit menyalahi ketentuan, hal-hal inilah yang menyebabkan masalah dalam menyamakan pengetahuan permulaan di kepandegaan. Mengenai kepandegaan sendiri, kita semua tidak pernah menempatkan golongan itu sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan wajar, dibandingkan dengan golongan-golongan sebelumnya. Sampai-sampai biasa ditulis T/D, yang berarti seolah-olah D (= kepandegaan) adalah embel-embel dari T (=kepenegakan). Belum lagi tingkat kecakapan Pembina Mahir golongan Pandega tidak ada. Kalau kepandegaan hanya mirip kepenegakan dan begitu saja disajikan untuk mahasiswa, lebih baik tidak ada satuan Pramuka di kampus perguruan tinggi. Kalau begitu sebaiknya untuk apa Gerakan Pramuka di adakan di kampus perguruan tinggi? Maksud dan tujuan didirikan Gugus Depan Pramuka di kampus yang utama adalah sebagai tempat persemaian kader-kader pembina Pramuka di masa mendatang (walaupun hal ini dikatakan gagal oleh Kak Koesnadi pada suatu kesempatan). Tetapi ada manfaat lain, yaitu :
Bentuk pendidikan Pramuka Pandega di kampus cukup unik dan khas, karena merupakan gabungan dari pendidikan kader pembina dan wadah gerakan pemuda. Sebagai konsekuansi logis Gugus Depan Pramuka di kampus harus lebih berbobot dibandingkan dengan satuan golongan pandega di luar kampus. Anggota-anggotanya harus memiliki kecakapan Instruktur Muda sebagai hasil dari Bina Satuan dan memiliki TKK yang cukup berbobot dan berefek sosial, hasil dari usaha Bina Diri mereka, dan agar mampu melakukan usaha Bina Masyarakat dan esejahteraan. Pengembangan Gugus Depan Pramuka di perguruan tinggi hanya dapat berhasil bila mendapat perhatian dan bantuan yang memadai dari pimpinan perguruan tinggi dalam bentuk moril, sarana/fasilitas, akan menghasilkan kader-kader pembina yang berkualitas.
KONSEPSI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PRAMUKA MAHASISWA 1. Pemimpin Bagi Pramuka mahasiswa (18 – 23 tahun) penerapan “rumusan kepanduan” yaitu oleh, untuk, dan dibawah pimpinan para remaja/ pemuda itu sendiri, dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa diterapkan 90-95% mereka dan 10-5% bantuan/ bimbingan pembina. Peranan pembina lebih banyak sebagai pendamping dan konsultan yang bersikap tut wuri handayani. Teknis kePramukaan diserahkan/ dipercayakan kepada Dewan Racana, sedangkan yang bersifat kejiwaan dalam usaha pembentukan watak dan pribadi, tetap ditangani pembina. Bimbingan pembina lebih banyak ditujukan kepada Dewan racana bukan kepada anggotanya. Hal ini dapat mendorong berjalannya sistem beregu.
2. Pembina Kepada para pembina harus diberikan penjelasan minimal melalui Kursus Orientasi, agar mereka mengetahui secara tepat posisi dan peranannya dalam kepramukaan. Meskipun rumus kepanduan menetapkan 5-10% bantuan/ dampingan pembina, hendaklah diingat oleh para pembina bahwa 50% keberhasilan kepemimpinan didapat dari contoh pribadi atau keteladanan pembina dalam pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Posisi kakak, saudara yang lebih tua, akan mendekatkan kesenjangan hubungan batin antara pembina dan anggota Racana. Pembina harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya “seni memimpin” ini.
3. Mabigus
Unsur-unsur yang duduk dalam kepengurusan Mabigus di Trisakti adalah pimpinan Universitas, Yayasan, dan karyawan yang relevan. Perhatian dan bantuan Mabigus merupakan syarat penentu kelangsungan hidup Gugus Depan.
4. Peta Perjalanan Mahasiswa yang menggabungkan diri di Gugus Depan Pramuka kampus.
KEGIATAN PANDEGA SELAMA PERJALANANNYA DALAM RACANA PANDEGA
TANTANGAN Dengan uraian diatas akan timbul pertanyaan dapatkan gagasan baru dalam usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda mahasiswa melalui Gugus Depan Pramuka yang berpangkalan di kampus Perguruaan Tinggi menjawab motivasi (sikap, pandangan, dan minat) para mahasiswa terhadap Gerakan Pramuka? Pertanyaan kedua dapatkan peranan dan pengaruh positif Gugus Depan Pramuka di kampus bertindak sebagai motivator, pemikir, dan penggerak terhadap Gugus Depan-Gugus Depan Pramuka di luar kampus? Oleh karena kenyataan menunjukkan, bahwa :
Kalau kenyataan yang menunjukkan permasalahan pokok tersebut dapat diatasi, maka diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
Dengan cara-cara penanggulangan masalah pokok diatas, maka usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda mahasiswa melalui Gugus Depan Pramuka yang bersifat massal akan sia-sia dan tidak akan mencapai hasil yang optimal.
(Disarikan dari : Gugus Depan Pramuka Yang Berpangkalan di Kampus Perguruan Tinggi Menjadi Wadah Persemaian Kader Pembina Pramuka – suatu eksperimen di kampus Universitas Trisakti; oleh H. Idik Sulaeman, AT, Ketua Harian Tim Ahli Pengembangan Pramuka Perguruan Tinggi Pusat) |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||